Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketika Dia Pergi

 



Sudah Lima belas tahun Armand dan Diana membina rumah tangga dan telah dikaruniai dua anak,  satu anak perempuan dan yang kedua laki-laki. Pekerjaan Arman sehari-hari hanya berjualan dia mempunyai kios kecil. Namun usahanya tak semakin berkembang malah mendekati kebangkrutan.

Dulu arman di kampungnya sebagai keluarga berada tapi setelah kedua orang tuanya meninggal ekonomi keluarganya merosot drastis.

Ketika Arman mempunyai anak pertama, Diana ingin kerja ke kota tapi Arman melarangnya dikarnakan saat itu Arman  masih mampu untuk mencukupi kebutuhan keluarga, pada saat mempunyai anak yang kedua Diana kembali ingin kerja ke kota tapi Arman masih melarangnya dan ketika anak kedua mereka sudah berumur enam tahun. Diana memohon lagi agar di perbolehkan  berangkat kerja ke kota.

Terus terang pada saat itu Arman merasa bimbang dan membuatnya agak terpukul karna dia tak tega dengan anaknya yang kedua kalau sampai di tinggalkan ibunya, walaupun hal seperti itu sudah biasa di kampungnya seorang ibu meninggalkan anaknya dan suaminya untuk kerja ke kota bahkan jadi TKW.

Pada saat itu Arman memilih diam dan tak bisa berbuat apa-apa selain merelakan istrinya kerja ke kota, alasan istrinya dia ingin membantu perekonomian keluarga walaupun itu sangatlah mustahil.

Menjelang keberangkatan Diana ke kota, saat itu di suasana pagi sekitar jam 08.00 Wib. Cuaca pada saat itu mendung di iringi rintik hujan. Saat menunggu hujan reda Diana memeluk anaknya yang kedua sebut saja namanya zaki.

“ Zaki jangan nakal ya?, nanti kalo udah pulang mamah belikan mainan buat zaki” Kata Diana yang tak terasa matanya berkaca-kaca.

“ iya mah, sama beli hp baru dan robot ”. Kata zaki seperti tak ada beban

“ iya sayang mau apa saja nanti mamah belikan”. Diana mengusap rambut Zaki.

Beberapa menit berlalu.

Zaki izin mau main, padahal Arman tahu itu hanya sebagai alasan Zaki saja. Supaya dia tak melihat kepergian ibunya yang bisa membuatnya bersedih.

Arman pun mengantar Diana mengendarai sepeda motor menuju pemberhentian bus.

" Jaga Zaki.. antar tiap pagi ke sekolah, jangan lupa kasih makan " Kata diana berkata pelan.

sementara Arman hanya diam saja, dia sudah tahu apa yang dia harus lakukan. 

Sepulang mengantar Diana.

Arman hanya termenung sambil sesekali nonton Youtube, saat ini dia bingung mau melakukan apa.

hingga petang menjelang.

Zaki pulang dari mainnya.

Warung sudah tutup.

 Arman dan Zaki berbaring di depan Tv rutinitas setiap menjelang malam, tapi entah kenapa sore itu Zaki tak mau menonton Tv.

" Pak..." kata Zaki

" Iya.." Jawab Arman sambil menoleh 

" Mamah mau apa sih ke kota ? ".

" Mau kerja biar bisa dapat uang ".

" ohh... Nanti uangnya buat Aku?".

" Iya ".

" Terus pulangnya kapan?"

" Ya nanti kalau sudah dapat uang ".

Mendengar itu Zaki hanya terdiam seperti tak senang 

" Paak...". Tiba -tiba Zaki berteriak kegirangan karna dia mendengar suara mobil padahal itu hanya mobil lewat.

" Mamah pulang Pak " Kata Zaki wajah yang tadinya murung seketika ceria.

Mendengar itu Arman jadi kesal rupanya Zaki tak mengerti dia mengira kalau kerja ke kota sorenya langsung pulang.

" Zaki..., mama itu gak akan pulang " Kata Arman

" hmm terus kapan pulangnya ? ". Zaki matanya terlihat berkaca-kaca.

" Nanti lebaran " Jawab Arman.

kemudian Zaki membalikan badanya membelakangi Arman.

" Mataku kemasukan debu ". Zaki berkata lirih sambil mengusap air matanya.

Arman tahu Zaki berbohong, bukan kemasukan debu tapi menangis.



 

 





Posting Komentar untuk "Ketika Dia Pergi"