Tulisan di Blog Dulu Yang Rada Absurd Tentang Cijango dari Anak 90-an
Kadang saya suka mikir, kok bisa ya dulu menulis kata-kata seperti di bawah ini, terkesan sok idealis tapi absurd.
Cijango? Mungkin sedikit asing di telinga kita. Cijango adalah sebuah kampung yang tidak begitu ramai. Namanya juga kampung, kalau ramai ya pasar. Penduduknya mungkin tidak begitu banyak, sekitar 60-an keluarga. Ada suku Sunda, Jawa, dan banyak lagi yang lainnya. (toret-totet eh, itu sih kata Bang Haji ya.)
Nama Cijango diambil dari nama sungai yang berada di kampung Cijango. Dulunya, kampung Cijango adalah hutan belantara yang dihuni oleh binatang-binatang buas seperti harimau, babi, ular, ... (semut, kodok, kadal, tupai eh... itu termasuk binatang buas bukan ya?). Dan sekarang, hutan tersebut masih ada walaupun tidak begitu luas, sebagian sudah beralih fungsi menjadi perkebunan palawija dan pesawahan.
Orang-orangnya pekerja keras dan selalu berusaha untuk mencari sesuap nasi plus daging. Namun, sayang, masih banyak orang yang kurang mampu atau enggan untuk menyekolahkan anaknya, walaupun tiap minggu belanja ke Indomaret. Mungkin untuk tahun-tahun ke depan, para orang tua akan lebih banyak yang menyekolahkan anaknya.
Keunikan Cijango adalah pada setiap pengunjung tetap atau yang lebih dikenal sebagai tetangga baru. Jika sudah tinggal di kampung Cijango, dia tidak mau meninggalkan kampung Cijango tercinta ini, alias betah. Walaupun saya pergi jauh... tidak lupa dari kalbu... tanahku yang kukucintai, kaukan kuhargai...
Jika bukan kita, siapa lagi yang akan memajukan kampung halaman kita tercinta ini? Itulah sekelumit pikiran di otakku. Aku tak mungkin jadi pengurus kampung Cijango, tapi apa salahnya jika aku ingin menyumbangkan karyaku dalam bentuk blog ini? Blog ini bertujuan untuk memberi tahu kepada orang-orang Cijango yang di luar daerah supaya kelak, kalau ada yang menjadi pengusaha, buruh, artis, bahkan ada yang menjadi tukang becak, akan selalu ingat bahwa sebesar apa pun kedudukan kalian di luar sana, tetap kalian adalah warga kampung Cijango, kampung kecil yang selalu berpacu dengan kemajuan zaman."
Saya suka pergi ke hutan yang berada di pinggiran Sungai Cijango, yang juga sering disebut Hutan Kaler. Tujuannya hanya sekadar mencari kayu bakar, karena pasokan gas dari pemerintah kadang-kadang kurang mencukupi untuk kebutuhan petani. Alhamdulillah, sekarang mereka sudah mempunyai pekerjaan, entah sukses atau tidak.
(Tulisan ini dibuat dulu ketika masih bersemangat memunculkan nama Cijango di Google, saat Facebook, Twitter, dan Instagram belum populer)."
Posting Komentar untuk "Tulisan di Blog Dulu Yang Rada Absurd Tentang Cijango dari Anak 90-an"