3 Film Tentang Sekolah, Yang Bukan Sekedar Film Cinta-Cintaan
1. SuckSeed (2011)
Kisah berpusat pada Ped (Jirayu La-ongmanee), seorang siswa SMA pemalu yang diam-diam jatuh hati pada Ern (Nattasha Nauljam), gadis cantik yang menyukai musik rock. Bersama dua sahabatnya yang sama-sama kurang populer, Koong (Pachara Chirathivat) yang penuh ide gila dan Ex (Thawat Pornrattanaprasert) yang selalu mengikuti arus, Ped membentuk band rock "SuckSeed" dengan harapan bisa menarik perhatian Ern.
Perjalanan band mereka penuh dengan kekacauan dan momen-momen lucu. Mereka berjuang dengan kemampuan bermusik yang pas-pasan, menghadapi persaingan dari band lain yang lebih keren, dan seringkali terjebak dalam situasi konyol. Di tengah semua itu, persahabatan antara Ped, Koong, dan Ex menjadi jangkar yang menahan mereka tetap bersama. Sementara itu, Ped terus berusaha mendekati Ern, meskipun Ern tampak lebih tertarik pada popularitas dan sosok anak band yang lebih "keren".
Setelah melalui berbagai rintangan dan penampilan yang naik turun, SuckSeed akhirnya mendapatkan kesempatan untuk tampil di sebuah festival musik besar. Penampilan mereka yang penuh semangat dan kejujuran berhasil memukau penonton. Di sisi lain, Ern mulai melihat ketulusan Ped dan menyadari bahwa popularitas bukanlah segalanya.
Film ini berakhir dengan SuckSeed yang mulai mendapatkan pengakuan dan Ped yang akhirnya mendapatkan hati Ern. Namun, ending-nya tidak dibuat terlalu dramatis. Ern tidak langsung menjadi pacar Ped, tetapi menunjukkan ketertarikan dan membuka diri untuk mengenalnya lebih dekat. Persahabatan antara Ped (Jirayu La-ongmanee), Koong (Pachara Chirathivat), dan Ex (Thawat Pornrattanaprasert) tetap solid, bahkan semakin kuat setelah melewati berbagai suka dan duka bersama. Ending ini memberikan kesan yang hangat dan optimis tentang persahabatan yang mendukung mimpi dan cinta yang tumbuh dari ketulusan.
2. Lupus II: Makhluk Manis dalam Bis (1987
Sebagai ikon remaja era 80-an, Lupus tidak hanya menghadirkan humor khas, tetapi juga sentuhan cinta monyet yang sederhana dan ending yang penuh semangat.
Kisah kali ini mengikuti petualangan Lupus (Ryan Hidayat), siswa SMA yang selalu mengunyah permen karet, di dalam bis sekolah. Di sana, ia berinteraksi dengan sahabat-sahabat setianya, Boim (Agyl Shahriar) yang selalu khawatir, dan Gusur (Andreas Pancarian) yang selalu membuat ulah. Perhatian Lupus tertuju pada seorang gadis manis di dalam bis yang diperankan oleh Karina Suwandhi. Selain itu, kita juga melihat tingkah laku kocak dari karakter-karakter seperti Gito (Gito Gilas), Lulu/Adiknya Lupus (Firda Kussler), dan Vivi Alone (Sylvana Herman) yang turut mewarnai keseharian di sekolah dan di dalam bis.
Kehidupan sekolah dan perjalanan di dalam bis menghadirkan berbagai kejadian lucu dan ringan. Mulai dari persaingan antar siswa, obrolan-obrolan remaja yang khas, hingga usaha Lupus (Ryan Hidayat) untuk mendapatkan perhatian dari gadis yang disukainya di dalam bis (Karina Suwandhi).
Ending film ini memberikan pesan yang positif dan khas remaja. Lupus (Ryan Hidayat) dan teman-temannya, termasuk Boim (Agyl Shahriar) dan Gusur (Andreas Pancarian), mengikuti casting film dengan penuh semangat. Namun, sayangnya, mereka ditolak. Meskipun merasa kecewa, Lupus menunjukkan jiwa kepemimpinan dan optimisme. Ia memberikan motivasi kepada teman-temannya bahwa jalan mereka masih panjang. Tugas utama mereka saat ini adalah belajar, menikmati masa pacaran (bagi yang punya), dan yang terpenting, terus memiliki harapan untuk masa depan. Ending ini menekankan semangat pantang menyerah dan pentingnya menikmati masa remaja sambil tetap memiliki impian.
3. Catatan Akhir Sekolah (2005)
Catatan Akhir Sekolah menawarkan kisah yang lebih dalam tentang pencarian jati diri, ujian persahabatan, dan percintaan yang tumbuh di tengah tekanan menjelang kelulusan, dengan ending yang memberikan harapan sekaligus refleksi.
Kisah ini berpusat pada tiga sahabat dengan latar belakang dan kepribadian yang berbeda: Aldi (Ramon Y. Tungka), seorang pemberontak yang mencari identitas; Agni (Christian Sugiono), siswa populer yang terbebani ekspektasi; dan Arian (Marcel Chandrawinata), sosok idealis yang kritis. Menjelang kelulusan, mereka memutuskan untuk membuat film dokumenter tentang kehidupan sekolah mereka yang sebenarnya. Proses pembuatan film ini memaksa mereka untuk menghadapi berbagai realitas yang selama ini tersembunyi, termasuk konflik internal dalam persahabatan mereka. Perbedaan pendapat dan ego masing-masing menguji ikatan persahabatan yang selama ini mereka jaga. Di tengah proses yang penuh gejolak ini, Aldi (Ramon Y. Tungka) dan Agni (Christian Sugiono) terlibat dalam hubungan yang rumit.
Proyek film dokumenter mereka akhirnya selesai dan diputar di acara perpisahan sekolah. Film tersebut berhasil membuka mata banyak siswa dan guru tentang realitas yang selama ini mereka alami. Ending film ini tidak menyajikan solusi yang instan untuk semua masalah mereka. Aldi (Ramon Y. Tungka) tetap dengan pencarian identitasnya, Agni (Christian Sugiono) mulai belajar untuk melepaskan diri dari ekspektasi, dan Arian (Marcel Chandrawinata) tetap dengan idealisme kritisnya.

Posting Komentar untuk "3 Film Tentang Sekolah, Yang Bukan Sekedar Film Cinta-Cintaan "